Tahukah Anda bahwa dalam beberapa waktu terakhir ada trend “penculikan” remaja putri melalui situs jejaring sosial? Mungkin berita-berita macam ini terlewatkan dari perhatian kita karena kita sibuk dengan pekerjaan kita. Selain itu, trend ini juga baru mulai pada awal 2010 ini. Beberapa waktu yang lalu saya mempublikasikan tulisan mengenai bahaya internet. (Lihat di wawangubug.wordpress.com) Semula saya menduga bahwa kejahatan yang terjadi adalah dengan kekerasan, semacam penculikan. Namun dugaan saya ini sedikit meleset. Sampai saat tulisan ini dibuat, saya menemukan dua tulisan mengenai hilangnya seorang gadis karena berkenalan dengan seseorang yang menarik melalui situs jejaring sosial internet.

Kisah yang pertama mengenai seorang gadis yang dikatakan jatuh cinta dengan seseorang yang baru dikenalnya di internet. Dikatakan bahwa gadis tersebut jatuh cinta dengan kenalannya tersebut. Mereka kemudian bertemu dan sang gadis di ajak pergi. Beberapa hari kemudian mereka di temukan. Laki-laki yang “menculik” gadis tersebut kemudian dijerat dengan pasal melarikan gadis di bawah umur. Untuk kisah yang kedua terkait dengan seorang mahasiswi yang nampaknya bermasalah juga dalam pendidikannya.

Mengapa mereka (para “penculik”) bisa mengincar gadis-gadis ini? Apakah modus ini dilakukan secara acak? Saya kira tidak. Saya cukup yakin bahwa mereka, para “penculik” ini, memilih korbannya. Mengapa saya cukup yakin? Karena saat ini remaja cenderung mengumbar identitasnya. Bagi Anda pengguna email, jejaring sosial atau blog, coba ketikkan nama yang Anda gunakan sebagai identitas pada email, jejaring sosial atau blog pada mesin pencari (searching engine). Maka diantara pilihan-pilihan yang muncul mungkin akan ada informasi mengenai identitas diri Anda.

Celakanya saat ini banyak remaja, terutama gadis usia SMP/SMA yang senang mengumbar identitasnya. Mereka beramai-ramai mencari teman sebanyak mungkin. Identitas diumbar sedetil mungkin. Mereka merasa bahwa jika “teman”-nya banyak, aktifitasnya banyak diketahui orang lain, mereka menjadi seperti selebritis. Semakin banyak orang yang mengomentari aktifitas mereka, semakin bangga. Padahal mereka tak tahu bahwa bisa jadi diantara “teman-teman” mereka terdapat “penjahat-penjahat” yang siap memanfaatkan situasi. Asmara gadis-gadis cantik dijerat dengan foto pemuda ganteng. Tanpa disadari oleh kaum remaja, kejahatan menghampiri mereka dengan topeng manisnya. Ini barulah sebuah awal. Dari kasus yang ditemukan, baru sebatas pelampiasan hawa nafsu.

Namun kejahatan ini bisa semakin melebar jika kekuatan perdagangan wanita (woman trafficking) sudah masuk. Dan sampai sejauh ini masih sedikit orang yang memperdulikannya. Melalui forum ini saya ingin menyampaikan peringatan, bahwa ancaman ini benar-benar nyata. Dan jangan disepelekan karena ini barulah sebuah awal. Bagi Anda yang menjadi orang tua, atau guru atau pendamping remaja, ada baiknya Anda untuk mengetahui potensi kejahatan ini.

Informasikan kepada para remaja yang Anda dampingi bahwa internet tidaklah 100% aman. Bagi Anda yang menjadi orang tua, sesekali sempatkanlah mendampingi anak Anda ketika berinternet. Coba pahami apa yang tengah diakses oleh anak Anda. Cobalah untuk terus berkomunikasi mengenai apa yang dilakukan anak Anda di Internet. Jika Anda mengetahui bahwa anak Anda bertukar alamat atau nomor HP, coba tanyakan dengan siapa anak Anda bertukar informasi. Jika Anda mengetahui bahwa anak Anda bersepakat untuk bertemu langsung dengan teman internetnya (kopi darat), cari tahu dengan siapa anak Anda akan bertemu. Jika anak Anda akan bertemu dengan orang yang sebelumnya hanya dikenal melalui internet, Anda perlu waspada.

Bagi Anda yang menjadi guru atau pendamping remaja, pada prinsipnya Anda juga harus melakukan hal yang sama. Namun karena Anda tak memiliki akses 24 jam terhadap anak didik Anda, Anda juga tak memiliki otoritas yang setara dengan orang tua, yang bisa Anda lakukan hanyalah menghimbau untuk tidak melakukan hal-hal yang membahayakan diri. Misalkan, jika ada teman chating yang ingin bertemu, harus sepengetahuan dan seijin orang tua, dan harus ada orang lain yang menemani. Kejahatan dengan modus situs jejaring sosial ini baru sebuah awal dari proses yang mungkin akan berkembang. Namun sedini mungkin kita harus mengetahui bentuk dan potensi perkembangannya. Semakin dini kita mencermati kejahatan ini, semakin minim kerusakan yang bisa terjadi. Dengan kerjasama antara orang tua, guru dan pendamping remaja, semoga kejahatan ini bisa diminimalkan. Mari kita kampanyekan perlawanan terhadap kejahatan ini.

0 komentar:

Posting Komentar